Genetika

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Reproduksi (perkembangbiakan) secara seksual terjadi melalui peleburan gamet jantan dan gamet betina. Menurut Mendel, setiap sifat dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan yang disebut gen. Pada pembentukan gamet dalam peristiwa meiosis, pasangan kedua gen berpisah. Kemudian pada saat fertilisasi, gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak. Genetika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal yang mengenai keturunan dimulai sejak purbakala, ketika para petani mengetah
ui bahwa hasil pertaniannya dan ternaknya dapat ditingkatkan melalui persilangan. Meskipun pengetahuan mereka masih sangat primitif namun mereka menyadari bahwa beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka menjalankan berbagai persilangan tanpa disadari pengetahuan karena belum di kenal adanya gen, apalagi hukum-hukum keturunan.
Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada dekade kedua dari abad ke-19 setelah mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan persilangan yang dibuatnya pada tamanan ercis/kapri (Pisum sativum). (Suryo, 1990).
Johann Mendel lahir tanggal 22 Juli 1822 di kota kecil Heinzendorf di Silesia, Austria. (Sekarang kota itu bernama Hranice wilayah Republik Ceko.) Johann memunyai dua saudara perempuan. Ayahnya adalah seorang petani. Minatnya dalam bidang hortikultura ternyata dimulai sejak dia masih kecil. (Paskah,2010). Hukum mendel I dikenal juga sebagai hukum segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas itu dikenal sebagai segregasi gen. Dengan demikian, setiap sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya. Pada waktu fertilisasi, sperma yang jumlahnya banyak bersatu secara acak dengan ovum untuk membentuk individu baru. Fenotip adalah penampakan/perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotip adalah susunan genetik dari suatu inidividu yang ada hubungannya dengan fenotif, biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf. Gen dominan adalah gen yang kuat dan mampu menonjolkan fitur pada organisme. Gen resesif adalah gen yang lemah. Ia tidak boleh menonjolkan cirinya jika berjumpa dengan gen dominan.

B.     Tujuan Percobaan
1.      Mengetahui konsep dasar dari Hukum Mendel ( Pewarisan Sifat ).
2.      Memahami pengertian dominan, resesif, fenotipe, dan genotipe.

C.    Manfaat penelitian
1.      Untuk mengetahui pewarisan sifat (hukum mendel) dengan melakukan percobaan secara langsung.
2.      Untk mengetahui pengertian dominan, resesif, fenotipe, dan genotype.






BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Variabel terikat
Kancing yang digunakan untuk penelitian genetika.

B.       Variable Bebas
Wadah yang digunakan untuk meletakkan tempat kancing.

C.      Hipotesis
Percobaan yang kami lakukan adalah salah satu contoh dari percobaan Hukum Mendel I. Hukum Mendel I menjelaskan tentang persilangan monohybrid (satu sifat beda). Persilangan monohybrid ada dua macam yaitu monohybrid dominan sempurna dan monohybrid intermediet. Begitu juga dengan hasil percobaan percobaan ini yang harus sesuai dengan persilangan Mendel I. Dengan perbandingan:
·         Monohybrid dominan sempurna.
kancing merah : kancing kuning = 3 : 1.
·         Monohybrid intermediet.
kancing merah – merah : kancing merah – kuning : kancing kuning – kuning = 1 : 2 : 1.





BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum kali ini adalah :
Hari/tanggal                : Rabu, 8 Januari 2014
Waktu                         : 11.00 WIB s/d selesai
Tempat                        : Laboratorium Biologi lantai II Gedung C
                                      Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
                                      Universitas Muhammadiyah PROF. DR. HAMKA.

B.       Jenis dan metode penelitian
Melakukan penelitian secara langsung

C.      Alat dan Bahan
1.      Model gen (kancing) berwarna merah dan kuning (dua warna yang berbeda) masing-masing 50 biji.
2.      Dua buah kotak genetika yang diberi nama “kotak jantan” dan “kotak betina”.

D.      Cara Kerja
1.      Menyediakan model gen merah dan kuning masing-masing 50 biji.
2.      Memisahkan sepasang model gen merah dan sepasang model gen kuning. Model gen ini dimisalkan sebagai individu merah dan kuning.
3.      Memisahkan pasangan gen pada langkah nomor 2.
4.      Perlakukan ini dimisalkan peristiwa pemisahan gen pada pembentukan gamet baik oleh individu merah maupun individu kuning. Menggabungkan model gen jantan merah dan model betina kuning dan begitu pula sebaliknya. Hasil yang terbentuk adalah F1, keturunan merah dan kuning.
5.      Memisahkan kembali model gen merah dan model gen kuning (pada nomor 4). Perlakuan ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet oleh F1.
6.      Meletakkan sama banyak model gen betina dan model gen jantan baik yang merah maupun kuning ke dalam kotak terpisah yaitu “kotak jantan” dan “kotak betina”.
7.      Mengambil secara acak (dikocok dahulu sebelumnya) dengan mata tertutup sebuah gen dari masing-masing kotak, kemudian memasangkannya.
8.      Melakukan terus-menerus pengambilan model gen dari kedua kotak sampai habis.
9.      Mencatat setiap pasang model gen yang diambil itu ke dalam tabel.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil penelitian

No
Pasangan
Turus
Jumlah
1
Merah – Merah
IIIII IIIII IIIII IIIII
20
2
Merah – Kuning
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
60
3
Kuning – Kuning
IIIII IIIII IIIII IIIII
20
Jumlah seluruhnya
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
100


IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII


B.       Pembahasan
Kancing genetika merah dan kancing genetika kuning  yang digunakan pada awal persilangan dikatakan sebagai parental yang berjumlah 50 pasang kancing genetika merah dan 50 pasang kancing genetika kuning. Hasil persilangan merupakan keturunan (filial) generasi pertama. Setelah dilakukan percobaan didapat pasangan kancing genetika merah-merah berjumlah 20 buah, pasangan kancing genetika merah-kuning berjumlah 60 buah, dan pasangan kancing genetika kuning-kuning berjumlah 20 buah. Jadi perbandingan persilangan tersebut adalah :
Merah – Merah     :           Merah – Kuning          :           Kuning – Kuning
           20              :                     60                      :                       20
            1               :                      3                       :                       1
Menurut percobaan mendel dalam Hukum Mendel I, hasil perbandingan percobaan yang kami lakukan tidak sesuai. Karena, menurut Hukum Mendel I hasil perbandingannya adalah:
·         Monohybrid dominan sempurna.
kancing merah : kancing kuning = 3 : 1.
·          Monohybrid intermediet.
kancing merah – merah : kancing merah – kuning : kancing kuning – kuning = 1 : 2 : 1.
Sedangkan hasil perbandingan percobaan yang kami lakukan adalah untuk monohybrid intermediet 1: 3 : 1. Adanya penyimpangan antara hasil yang didapat dari percobaan dengan hasil yang diharapkan secara teoritis.


















BAB V
KESIMPULAN

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dambaran tentang gen-gen yang diperoleh dari gamet-gamet yang dipilih secara acak. Dan diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan teori Hulum Mendel sebagimana yang telah ditetapkan dan telah di nonsignifikan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa factor yaitu :
1.      Epistasis dan Hipostasis
Epistasis dan hipostasis merupakan interaksi yang berlangsung pada fenotip yang dihasilkan oleh dua gen. Kedua gen yang bekerja menghasilkan fenotip yang berbeda, tetapi fenotip dari salah satu gen yang paling dominan dapat menutupi penampakan dari fenotip yang dihasilkan oleh gen dominan yang lain apabila kedua gen hadir bersama. Gen dominan yang menutupi gen dominan yang lain disebut epistasis, sedangkan gen yang tertutupi disebut hipostatis.
2.      Gen dominan rangkap
Gen dominan ranngkap terjadi karena terdapat dua gen dominan yang mempengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang sama. Jika gen – gen dominan terdapat secara bersama – sama, fenotipe yang muncul merupakan gabungan kedua sifat gen – gen dominan tersebut.
3.      Inhibiting gene
Inhibiting gene terjadi karena ada dua gen dominan yang jika terdapat bersama-sama, pengaruhnya akan menghambat pengaruh salah satu gen dominan tersebut. Peristiwa ini disebut juga epistasis gen dominan resesif.
Dari factor diatas dapat disimpul bahwa gen dominan bertemu dengan gen dominan hasilnya akan berbeda dengan Hukum Mendel. Karena Hukum Mendel hanya berlaku pada gen yang dominan heterozigot dengan dominan heterozigot atau dengan dominan dengan resesif.
B.       Saran
Praktikan diharapkan lebih berhati-hati dan teliti dalam menghitung kancing genetika pada waktu praktikum, agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan terhadap teori yang sesungguhnya.





DAFTAR PUSTAKA

Renobayan, 2012.Ringtone Biologi. Jakarta, PT Grasindo
                           

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar